POSTS SLIDER

I'm writing about...

Masalah Akan Menjadi Guru Bagi Kita

Berbicara guru maka mindset kita tentu akan mengingat kembali sosok-sosok bapak/ibu yang ada di sekolah. Selama 13 tahun saya menikmati proses belajar di bangku sekolah mulai TK, SD, SMP hingga SMA.

Bahkan kemudian setelahnya saya mengenal dosen yang menemani selama ada di bangku kuliah. Begitulah siklus pendidikan pada umumnya.

Namun entah kenapa saat dahulu saya masih cilik bahkan saya belum pernah memahami tujuan saya sekolah dalam arti yang mendalam bukan sekedar mendapatkan rapot, naik kelas, lulus UAN dapet NEM bagus. 

Yang saya tahu hanya itu, orangtua menyekolahkan agar mereka seolah membanggakan anaknya sekolah di Negeri dapet rangking 1 bahkan pernah menyabet juara umum dan gratis SPP. Lalu saya sendiri usaha jungkir balik karena diporsir dengan tujuan itu, goal saya hanya rangking, rapot ga kebakaran, masuk Negeri.

Apakah saya belajar? ya saya belajar semuanya namun saya belajar teori saja. Jika kubus dengan tinggi sekian bla..bla maka luasnya adalah?nama latin tumbuhan padi adalah?bagaimana reaksi kimianya bila bla..bla. Ya sedemikian rupa saya menelan semua teori bahkan penuh drama tangisan untuk bisa menghafal semua teori dan rumus di luar kepala.

Dan saat menghadapi soal ulangan ada pula tatacaranya untuk meruntut persoalan yang diberikan guru, masih ingat dengan penjabaran seperti ini :

Soal > Ditanyakan > Jawab > Langkah-langkah penyelesaiannya > Hasil

Masih melekat dalam ingatan saya tata cara menjawab soal ini karena kali pertama saya masuk SMP kelas 1 saya mendapatkan pelajaran Fisika tak berapa lama kemudian ulangan dan hasilnya saya ga dapet nilai 10 padahal saya hafal banget rumusnya dan hitungannya pun benar sekali tanpa perlu saya menggunakan kalkulator. 

Saya kecewa lalu saya tanyakan pada gurunya, "Ibu hasil ulanganku mengapa tidak 10?padahal aku sudah menjawab dengan benar?" ibu guru pun tersenyum lalu menjawab "Herva meski kamu tahu rumus dan benar hasilnya tetapi cara kamu belum sempurna, kamu harus jabarin langkah-langkahnya seperti yang saya tuliskan diatas, hal ini ditujukan supaya ibu tahu sebenarnya kamu paham ga soalnya, yang ditanyakannya, langkah penyelesaiannya hingga ke hasil, semoga ulangan selanjutnya seperti itu". Jawab guru saya dengan senyumannya.
  

Jadikan masalah sebagai guru terbaikmu, belajar dari permasalahan

Bagaimana dengan ulangan selanjutnya? ya saya selalu mendapatkan nilai sempurna karena saya belajar dari pengalaman sebelumnya. Ketika mendapatkan lembaran soal, saya mencermati setiap soal lalu dijabarkan sehingga saya tahu apa yang harus saya kerjakan dan rumus apa yang harus saya gunakan sehingga hasilnya sempurna dan sesuai dengan permasalahannya.

Seiring berjalannya waktu, bertambah usia, melepaskan status siswi, mahasiswa lalu berubah menjadi karyawan, istri hingga menjadi ibu. 

Bergulirnya waktu yang saya alami tentu tidak terlepas dari permasalahan. Sayangnya setiap masa yang sudah saya lewati saya baru menyadari bahwa saya "GAGAL" menghadapi setiap ujian, setiap ulangan masalah hidup. 

Padahal bertahun-tahun saya sekolah, saya mengenyam pendidikan namun pola yang harusnya saya aplikasikan dalam real kehidupan saya abaikan karena apa?karena seperti yang saya sebutkan diawal saya ga pernah ngerti tujuan sebenarnya saya sekolah.

Apabila saya renungkan kembali, bila saya menggunakan cara yang seperti guru fisika saya ajarkan tentu banyak masalah yang bisa saya hadapi dengan hasil memuaskan. 

Lantas saat ini justru tak akan menjadi buah penyesalan saya bahkan saat ini menjadi titik awal saya untuk bisa berubah dan mencoba mengaplikasikan pada buah hati saya. 

Percaya atau tidak bagi saya kegagalan menyelesaikan masalah hidup dikarenakan saya ga terlalu paham akar permasalahannya yang mengakibatkan saya salah menggunakan rumus kehidupan untuk atasi masalah tersebut. 

Kegagalan menganalisa permasalahan akan berujung solusi yang salah pula. Alih-alih kelar malah berujung perselisihan. Kadar masalah memang berbeda-beda ada yang kategori ringan sampe berat. Dan itu semua tergantung mindsetnya masing-masing orang. Bagi saya ini masalah berat belum tentu kata orang itu berat pun sebaliknya pokonya masing-masing punya pemahaman yang beda.

Dulu kalau ada masalah saya termasuk tipe taichi *astagfirullah* dan sekarang sudah mulai belajar sedikit-sedikit menahan buat ga gerakin telunjuk ini ke orang lain tapi berusaha gerakin ke arah diri sendiri. Susah?banget tapi justru dari sini kita belajar sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama *dah kayak lagu kerispatih :D*

Baca Lagi : Say No to Jurus Taichi 

Beberapa kali mendapatkan materi training terkait dengan problem solving pun sama dengan beberapa buku yang saya baca terkait problem solving pada dasarnya memiliki benang merah yang sama. Karenanya ini pendapat dari saya untuk bisa menghadapi masalah ala saya.


1. Berhati-hati Dalam Menyimpulkan


Saat masalah menghampiri, reflek saya biasanya langsung ambil solusi tanpa pertimbangan. Saya rasa tidak hanya di dunia kerja saja tetapi di dunia dalam berita kita seringkali melihat beberapa keputusan tidak disertai dengan pertimbangan matang dan visioner alhasil ada beberapa pihak yang merasa dirugikan, merasa kecewa. Alih-alih masalahnya selesai ternyata seperti musim hujan sekarang yang berkepanjangan. 

Jadi kembali menggunakan cara saat ulangan fisika saya sebaiknya saya coba untuk cermati permasalahannya dulu. Saya temukan dulu inti masalahnya karena itu saya membutuhkan langkah yang kedua.

 

2. Melakukan Analisa Secara Cermat


Masalah yang ada timbul selalu seperti mata rantai kehidupan, dari A bergerak ke B ke C lalu kembali lagi ke B atau langsung ke A. Karenanya saran saya ketika menemukan persoalan kita analisa terlebih dahulu, cermati dulu pokok yang menjadi sumber masalahnya sehingga kita bisa menemukan rumusan yang paling tepat tanpa ada pihak yang dirugikan satu sama lain. 

Teknik analisa sendiri konon ada beberapa cara bukan?seperti tehnik analisa Fish Bone, kita menjabarkan setiap kemungkinan alasan mengapa terjadi masalah tersebut. Atau ingin menggunakan tehnik apapun yang jelas kita mesti jeli menemukan inti masalahnya. 

3. Menyaring Informasi Yang Masuk


Bagi saya dihadapkan dengan persoalan biasanya selain saya dituntut untuk memutuskan sendiri, saya membutuhkan masukan dari orang-orang yang kita percaya. Nah part ini pula yang mesti saya kontrol agar saya tidak terjebak nostalgia dengan kemauan orang lain. Ingatlah bahwa dalam masalah ini saya yang menjadi penentunya. Saran yang masuk dari orang lain bisa dijadikan referensi untuk bisa memutuskan satu keputusan yang sangat bulat.

4. Sharing Pengalaman


Jika saya sudah berhasil dalam menyelesaikan masalah saya sendiri, maka bolehlah jadi saya berbagi apa yang sudah saya rasakan. Saya rasa blog menjadi sarana untuk semua orang bisa berbagi pengalaman yang pernah mereka rasakan selama menghadapi persoalan. Tentunya hal ini saya manfaatkan untuk "BELAJAR". Saya yakin belajar tidak hanya lewat bangku kuliah atau sekolah akan tetapi belajar melalui pengalaman orang lain bisa kita lakukan.
 

5. Masalah Akan Menjadi Guru Bagi Kita


Bagi saya ini adalah yang terpenting. Menjadikan setiap masalah yang datang menjadi guru paling ampuh untuk saya. 

Dimana permasalahan yang datang akan mengajarkan secara alami bagi saya untuk ikhlas, untuk nerima, untuk bersyukur, untuk kuat, untuk sabar, untuk tabah dan segudang ilmu lainnya yang selalu saya dapat dari setiap persoalan hidup ini. 

Hasil akhir dari persoalan yang kita selesaikan tentunya saya sendiri yang memilihnya. Bukan menyalahkan orang lain atau siapapun atas kegagalan yang saya alami.


****
Demikian ulasan saya jangan lupa bahwa setiap masalah akan selalu ada jalan keluarnya, akan selalu ada hikmah dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Karenanya masalah akan selalu menjadi Guru terbaik bagi kita sendiri. 

Kenali masalahnya, fikirkan rencana tindakan penyelesaiannya barulah kita akan menikmati hasil dari setiap keputusan atas pemecahan permaslahan tersebut. 

Bertahun-tahun sekolah dan diajarkan cara menjawab soal seperti yang saya jabarkan diatas harusnya menjadi habit kita ga hanya dalam menyelesaikan soal pelajaran tetapi juga dalam menyelesaikan persoalan hidup.