I'm writing about...

Cara Menghadapi Si "Pengeluh"

Kapan sebaiknya ngeluh? menurut saya pribadi itu adalah saat anda bulak balik toilet tak henti, saat anda demam ga turun-turun, saat kepala meriang dan badan pusing, saat perut tak bisa kompromi, saat gigi berdering nyut-nyutan maka silahkan datang ke dokter mangga aduin keluhan penyakit anda sesuka hati.

Keluhan anda pasti ditanggapi oleh dokter dan diberikan obat yang manjur. Kalau sudah minum obat dan atas izin Alloh selesailah sudah penyakitnya. Coba keluhan anda diatas anda keluhkan ke tukang bangunan bukannya sembuh malah di semen bikin tambah drop bukan? harapannya sembuh malah sakit berkelanjutan jika kita salah mengadukan keluhan.

Itu adalah analogi yang saya fikirkan terkait dengan keluhan. Sama dengan hidup pasti ga akan selancar tol Cipali ada aja yang bergerinjul, maka dari itu ya sudah jalanin yang sudah anda pilih tinggal usahain saja biar jalan menuju kebaikannya mulus semulus pahanya Anya Geraldine *Eh nyambung aja kesini :p

Jujur saya pribadi paling ga suka dengerin orang yang ngeluh all day long. Nambahin sampah fikiran kalau didengerin apalagi kalau sampai dibaperin. Makanya saya lebih suka diam saja lalu hempaskan segala macam keluhan orang ke Benua lain. Alasannya sederhana saja meski tak sesederhana rumah makan di depan kantor, karena saya ga mau puyeng gegara mikirin hal yang ga penting doank.

Berhenti mengeluh, stop untuk mengeluh, menghadapi si pengeluh

Terlebih ada loh yang sudah mengeluh lalu menyalahkan orang lain. Apalagi kalau mengeluhnya sambil mengikutsertakan nama-nama binatang ampun deh kasian si binatang di bawa-bawa padahal ga tau apa-apa. Keluhan ga hanya ada di lingkungan kantor, di rumah, di jalan dimanapun saya selalu menemukan bisik-bisik keluhan. Langsung intropeksi diri jangan-jangan saya kemasuk tipe pengeluh dimanapun.

Ya tak bisa dipungkiri kadang ketika tidak menemukan sesuatu yang sesuai 'IDEALnya' kita ga mampu mentolerir semuanya. Lalu mengeluh, menggerutu dan yang mendengarkan pasti akan terpancing emosinya lalu berakhir pertengkaran. Padahal bisa saja masalahnya sepele doank. Ujungnya ada saja hati yang terluka *dah kayak judul lagu*.

Di kantor pasti pernah menemukan yang banget rajinnya buat mengeluh. Ada saja yang harus dikeluhkan. Mengeluh karena sebagai bawahan kerjaannya lebih berat sedangkan atasannya cuman bisa nyuruh. Lah iya namanya juga bawahan sudah porsinya di limpahin dan disuruh-suruh ngerjain, kalau jadi atasan mereka kan yang banyak mikir, mikirin strategi perjalanan perusahaan biar selalu profit. Jadi terima saja dengan lapang dada, berkeluh kesah hanya menjadikan kita sebagai orang beracun di kantor.

Mengeluh kenaikan gaji, mengeluh tissue habis, mengeluh ga punya duit, mengeluh epritinggg. Keluhan yang ga enak kita denger bisa jadi virus penyakit hati loh hati-hati ternyata kita juga bisa ketularan kena virus pengeluh loh. Karena biasanya orang yang pandai mengeluh adalah dia lagi..dia lagi orangnya. Coba saja perhatikan *sambil ngaca :p

Kalau mengeluh boleh aja seperti yang saya analogikan diawal tapi ga mesti tiap hari juga kan y? kalau nemuin si pengeluh dimanapun biasanya ini yang saya lakukan :

1. Mendengarkan


Ketika bertemu rekan kerja, saudara, teman, kerabat yang tiada angin tiada hujan terjangkit virus mengeluh maka sikap pertama yang saya lakukan adalah cukup dengarkan saja. Terlebih mengeluh dengan emosi negatif ditanggapi pun ia masih dirasuki emosi buat apa?buang-buang tenaga lebih baik dengarkan. Lalu tertidur dan di keplak sama si pengeluh hahaha. 
 
Baca Lagi : Pentingnya Mendengarkan  


2. Mengarahkan Pembicaraan

 
Jika sudah didengarkan segala keluhannya maka ada saatnya kita yang mulai menanggapinya. Syukur-syukur kita mampu untuk mengarahkan si pengeluh agar tidak membicarakan mengenai keluhannya. Dan perlu diingat jangan sampai malah kita ikut-ikutan untuk mengeluh bukannya menyelesaikan masalah malah memperkeruh keadaan. Apabila ada di situasi seperti ini, biasanya jika saya tidak mampu mengarahkan pembicaraan lebih banyak diam. Diam itu emas betul sekalih sodarah-sodarah kalau keadannya sedang bersama si pengeluh yang tak henti berucap.


 3. Fokus Diri Sendiri


Jangan ditanya bagaimana rasanya mendengarkan keluhan orang?males kan? *sambil nguap* karenanya tetap fokus diri sendiri biar ga ketularan jadi mengeluh. Fokus untuk tidak terlalu memasukan informasi tersebut ke dalam fikiran. Santai sajah.
 

4. No BAPER


Apabila step 1-3 sudah dilakukan maka yang saya lakukan adalah no baper. Apalagi ternyata kayaknya yang ngeluh ada nyepet-nyepet, nyindir-nyindir biarkan mereka dengan dunianya saja hahaha seperti lagu Agnes teruskanlah kau begitu. Kalau di baperin yang ada kita malah penyakitan. Belum tentu si pengeluh tahu dan sadari. Yang rugi malah diri sendiri.
 

5. Say Goodbye


Cara terakhir ini terdengar begitu sadis kalau kata Kang Afgan. Mereka si pengeluh memang butuh orang yang ingin mendengarkan keluh kesahnya tapi jika kita sudah tak mampu menerima keluhannya ada baiknya tinggalkan saja. 

Ga usah dipaksain buat pasang muka fokus sementara kita ga ada feel sama sekali buat dengerin si pengeluh. Mungkin hanya Dokter yang bisa bertahan lama dengerin keluh kesah pasien yah *tepuk tangan*. Kalau saya udah ga mood yo wis say goodbye daripada ujungnya tengkar mendingan lihatin Zaskia Sungkar sajah :p


*** 
Akhirul kalam, saya menemukan ayat dibawah ini, rasanya langsung nancep. Akan selalu ada rintangan dan masalah dalam hidup namanya juga ujian agar kita bisa naik kelas. Bukan dikeluhkan tapi diselesaikan dan diusahakan biar tak lagi menjadi masalah. 

Dan menurut saya cara ampuh untuk berhenti mengeluh adalah dengan bersyukur, positif thinking dan ikhlas. Sulit memang tapi akan lebih sulit lagi kalau ga di coba dan di mulai dari sekarang. Yuk sama-sama belajar dan terus belajar.  


Berhenti mengeluh, stop untuk mengeluh, menghadapi si pengeluh