I'm writing about...

Diskusi Ringan tentang Demo kepada Anak

"Bunda, besok Ayi masuk sekolah ga? kan ada Demo? takut disamperin"

Demikian celotehan Si Bungsu pada hari ahad lalu. Setelah melihat beberapa cuplikan video demo di Jakarta dan sekitarnya ia merasa jika demo itu rusuh, kondisinya ga kondusif makanya tercetuslah pirtinyiin seperti itu.

Jujur saat menerima pertanyaan tersebut, respon pertama saya adalah tertawa. Ya gimana yah anak bocil kelas 2 mikirnya ke sana hehe. Ga mengira juga ternyata ada ketakutan untuknya melihat potret Indonesia yang ricuh, chaos dll.

Terlebih waktu saya dampingi melihat video penjarahan di rumah-rumah anggota DPR itu. Rasanya melihat ini, ingatan saya kembali ketika tahun 1998. Tahun itu, saya masih tinggal di daerah Majalengka.

Rumah yang saya tempati dulu harus masuk sebuah gang kecil diantara tembok besar menjulang kiri-kanannya yang salah satunya adalah Toko sekaligus rumah yang pemiliknya ber-etnis China yang kerap saya sapa dengan Cici dan Koko pemilik toko tersebut. 

Sebagaimana kejadian 1998, kerusuhan terjadi ga hanya center di Jakarta namun menyisir juga ke daerah. Saya masih ingat sekali saat genting-gentingnya kondisi itu, Cici dan Koko menutup toko lalu mereka bersama anak-anaknya (saya lupa 2 atau 3 yang jelas semua masih kecil) plus Ibunya Cici, baby sitter anak-anaknya mengungsi ke rumah saya.

Iyess...rumah saya kala itu persis di belakang rumah mereka. Dan dulu rumah saya tergolong cukup besar sehingga bisa menampung mereka semua. 

Begini Cara Saya Edukasi Anak Tentang Demo

Ingatan Kelam Tentang Demo 1998

Lalu bagaimana nasib mereka semua? iya mereka menginap di rumah saya selama beberapa hari. Mereka sangat ketakutan terlebih saat itu etnis mereka menjadi sasaran.

Kami menyatu dalam 1 rumah, saya dan keluarga tetap melakukan aktifitas seperti biasa karena saya tetap bersekolah. Pun untuk ibadah solat dan ngaji kami lakukan sehingga mau tak mau keluarga Cici dan Koko selalu melihatnya.

Dan saat situasi makin memanas, yang terukir dalam ingatan saya, waktu itu tiba-tiba Koko meminta Bapak saya untuk diajarkan baca Al-fatihah.

Jujur saya mendengar hal itu tersenyum dikulum, wong mereka menganut agama Khonghucu tetiba minta diajari baca Al-Fatihah. Bapak saya tanpa sungkan membacakannya meski saya tahu mungkin itu adalah salah satu cara Koko berusaha menghilangkan takut, panik dan lain sebagainya.

Dari pemandangan ini saya juga belajar apa itu artinya toleransi, setelah situasi aman mereka kembali ke rumahnya yang hanya beberapa langkah dari rumah saya. Koko dan Cici beserta keluarganya mengucap beribu-ribu terima kasih kepada kami. 

Sementara itu Bapak yang memang kala itu masih berdinas di Bekasi, kembali juga ke sana. Dan mengejutkannya Bapak bercerita pemandangan di sana yaitu penjarahan dimana-mana. Saya membayangkan apa yang Bapak ceritakan bergidik ngeri. 

Dan dari demo inilah lahir Reformasi ditandai kemunduran Bapak Soeharto yang selama ini menjadi penguasa Indonesia bertahun-tahun.

 

Diskusi Tentang Demo 2025 Dengan Anak

Malam itu sebelum kami tidur, saya mengajak diskusi kepada Neyna dan Rayi. Mengalirlah cerita apa yang mereka tahu tentang Demo? 

Dan alasan mengapa mereka harus belajar dari rumah setelah tahu ada info seputar demo di wilayah kami. Well, sebelum menceritakan poin diskusi bersama anak-anak tentang demo, saya juga mau bercerita effort ketika anak-anak belajar dari rumah wkwkwk.

Kondisi ini mengingatkan saat covid menyerang, dulu cuma Neyna yang sekolah dan tugas seabrek yang perlu dikirim. Tahun ini bertambah 1 personil dan itu semua cukup menguras emosi saya 😂.

Tapi meski dengan penuh daya juang, akhirnya mereka bisa menyelesaikan tugas-tugasnya walau banyak iklan se-abrek.

Back to diskusi tentang demo, Anak-anak tak paham akar mula mengapa sih pada Demo? akhirnya saya ceritakan dari A-Z hingga akhirnya mereka mengetahui ohhh...gara-gara ini.

Lalu muncul narasi dari Neyna yang kini sudah kelas 7 dan menceritakan jika ia pernah diskusi bersama temannya yang poinnya adalah diskusi tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya.

Inilah peran saya sebagai ibu, saya sampaikan kepada mereka dan berpesan agar mereka hati-hati dalam menerima segala informasi, entah itu yang didapatkan lewat diskusi teman ataupun melalui handphone yang berseliweran dengan narasi-narasi A-Z. Meluruskan segala info agar anak-anak tidak dicekoki hal negatif. 

Hati-hati menerima informasi jika salah termasuk fitnah dan menjadi dosa jariyah, kebayang sama kita hisabnya gimana? jangan hujat dan hina juga. Ingat dihari hisab jangan sampai pahala kita habis pindah untuk yang kita hujat. 

Terkait dengan demo itu sendiri, saya berusaha sampaikan kepada mereka dengan bahasa yang mudah, jika terjadinya demo agar pemerintah bisa mendengar aspirasi, mengkritik kebijakan yang kurang, serta mendengar kemauan rakyat bukan hanya membuat kebijakan yang menguntungkan salah satu pihak.

Kasus penjarahan pun menjadi bahasan kami bertiga, malam itu saya lontarkan pertanyaan, "boleh tidak menjarah seperti itu? mengambil, merusak?"

Serentak anak-anak berkata "tidak boleh karena itu sama saja mencuri" Yesss...sama halnya korupsi yang merajalela sekarang itu sama saja mereka mencuri. 

"Jadilah pribadi yang selalu Qanaah dan terus bersyukur, jangan pernah nafsu untuk memiliki/mengambil  hak yang bukan milik kita. Selalu ingat setiap apa yang kita lakukan tanamkan Allah Ridho ga ya? Allah suka ga ya kalau kita berbuat gini?"

Begini Cara Saya Edukasi Anak Tentang Demo

Menutup Diskusi tentang Demo kepada Anak

Sebelum mengkahiri diskusi, saya mencoba untuk memberikan pesan kepada mereka bahwa jika ada sesuatu yang tidak sesuai koridor berbicaralah SPEAK LOUDER jangan diem aja. 

Namun tentu saja dalam menyampaikan kekecewaan wajib santun agar esensinya masih jelas tidak perlu emosi terlebih dahulu yang berakibat seperti potret demo saat ini, kerusakan dimana-mana ya Allah sayang ga sih sampe merusah begitu.

Jangan mudah dipengaruhi ajakan-ajakan yang menyesatkan sekali lagi ingat selalu ada 2 malaikat mendampingi dan Allah yang maha melihat. Dan saya berpesan untuk tetap berempati. 

Sesi diskusi ditutup dengan pertanyaan yang saya lontarkan kepada Rayi, "Kalau udah gede Ayi mau ikut demo ga? bunda dukung biar nanti mau menyampaikan kemauan rakyat" 

Dan jawaban Rayi "ga mau ah tar ketembak" 😂😂😂😂😂.

***

Nah temans sekian curahan hati saya terkait demo dan kondisi Indonesia kini, semoga lekas pulih negeri kita. Selipkan doa untuk negeri ini semoga aman dan tentram. 

Kalau temans gimana cara edukasi kepada anak? share dong!