I'm writing about...

Bedanya apa yah Treenager dan Peter Pan Syndrome?

Sepanjang kehidupan kita tentunya akan mengalami perkembangan, tidak hanya fisik tetapi perkembangan intelektual, perkembangan emosi hingga perkembangan motorik. Hal ini saya pelajari selama kuliah beberapa semester dan kenyang sekali dengan teori "Life Span Development". 

Sebagai seorang ibu saat ini saya tidak terfokus pada teori yang pernah saya pelajari, sesekali mungkin saya membandingkan tetapi tidak melulu membandingkan teori dan real sehari-hari.

Terlebih dalam teori Life Span Development pun disampaikan bahwa salah satu perspektif perkembangan bersifat plastik atau lentur yang berarti bahwa perkembangan bisa terjadi melalui banyak cara yang berbeda bergantung pada kondisi kehidupan individu sehingga manusia yang satu dengan yang lainnya belum tentu memiliki proses perkembangan yang sama.

Maka dari itu, saya secara pribadi ga mematok anak saya mesti begini dan begitu secara stimulasi yang saya berikan mungkin berbeda dengan ibu lainnya. Dan saya lebih Mengenal kemampuan dan karakter anak saya so saya ga bisa paksain untuk bisa menuntutnya sesuai dengan teori perkembangan yang ada. 

Pernah dong kalau ketemu orang di jalan pasti nanyain : "anakmu umur berapa? sudah bisa apa?", saya akan menjawab "anak saya umur 8 bulan uda bisa cuci piring, salto, ngepel" konteksnya becanda agar tidak berkepanjangan dan tidak berakhir membandingkan kemampuan anaknya dan anak saya. 

Ujung-ujungnya kalau saya ga woles bakalan manyun hehehe. 

menghadapi-fase-threenager-pada-anak

Dan sekarang usia anak saya 3y1m, ga kerasa banget semakin bertambah usianya semakin bertambah pula kecerdasannya. Hal yang menarik adalah anak saya yang bicaranya banyak alias cerewet seperti orang tua. 

Bahkan tak jarang ia selalu menasehati saya atau ayahnya bahkan nenek atau kakeknya. Kami selalu tertawa melihatnya jika ia sudah mulai sok tua. 

Waktu saya sakit misalnya : "Bun panas y?" tangannya memegang dahi saya lalu ia menasehati "makanya bunda jangan mam encim y (red : ice cream) cepet sembuh y bun, ayo obatnya di mam" dengan mimik wajah yang gemesin suka bikin saya yang lemah terbaring pengen cepet sembuh biar ajakin dia main lagi.

Tingkahnya yang terlihat tua juga kerapkali ia tunjukan dengan kemauannya untuk memilih dari pakaian yang hendak dipake, makanan yang mau dimakan sampe dengan susu yang hendak ia minum. 

Kadang disini juga saya diuji kesabarannya, misalnya uda di gorengin ayam sesuai permintaanya pas udah siap malah pengen makan telor kan gemes banget bikin darting xixixi. Bisa berubah dengan cepat sampe kalau waktu nonton dia akan milih judul film yang mau ditonton, misalnya pengen nonton si kelinci udah di setelin kelinci pengen nonton Princes. 

Onde mande, bundanya suka pengen nyemplung ke ember kalau dah begitu.

Semuanya pengen serba sendiri, kalau ga suka ngedumel OMG padahal masih piyik iki cah ayu hahaha. Disuruh tidur susahnya minta ampun giliran dibangunin banyak alasan. Ah melihat tingkahnya seperti ini, saya yakin anak saya sedang mengalami Fase Threenager.

Threenager adalah istilah untuk menggambarkan anak usia tiga tahun yang bertingkah seperti seorang remaja 13 tahun. Mereka punya sikap yang cepat berubah, keras kepala, dan menginginkan segala sesuatu saat itu juga. 

Cocok banget sama kondisi anak saya. Ketika orang dewasa menolak bertambah tua anak saya justru kepengen jadi tua. 

Menjadi tua itu pasti tapi sayangnya kita ga seperti anak-anak yang justru ingin terlihat dewasa sebelum waktunya. 

Kebalikan dengan orang dewasa yang justru secara fisik matang tapi malah kekanak-kanakan. Saya sempat membaca mengenai "Peter Pan Syndrom". Yang merupakan penyakit psikologis yang ditujukan untuk orang dewasa yang secara sosial tidak menunjukkan kematangan, biasanya diderita sama laki-laki yang menolak dewasa dikarenakan tak mau kehilangan masa kanak-kanaknya.

Penyebab sindorm ini karena pola asuh yang salah di masa kanak-kanak. Makanya saya juga berhati-hati agar jangan sampe saya salah dalam mendidik. Karena rasa sayang kepada anak saya sehingga membutakan saya untuk "Memanjakan" anak yang ujungnya menjadi celaka bagi anak saya sendiri. 

Memang pola asuh sangat menentukan masa depan anak *berat euy* tapi kerasa banget sama saya pola asuh ortu saya yang serba melarang alhasil saya menjadi anak yang "Tidak Kreatif" dan betul saya lebih bisa membuat tulisan non-fiksi dibandingkan fiksi. Saya lebih mampu menulis laporan yang sesuai koridor daripada menulis yang tidak ada aturannya. *jadi curhat* :p

 
Nah back to Peter Pan Syndrom, pernah nemuin mereka? saya belum pernah yah tapi agaknya beda tipis sama yang mengalami regresi perkembangan. 

Yang pernah saya temui adalah Alm. Uyut yang mengalami regresi perkembangan menjadi seperti anak-anak. Saya sempat nonton video yang seorang kakek-kakek bertanya berulang-ulang kepada anaknya. Lalu anaknya kesel dan memarahinya, pesan moral dari video tersebut bahwa kita lupa kita juga pernah menjadi seperti itu. Dan kejadian tersebut saya alami sendiri. 

Sepulang kerja suami, anak saya selalu menanyakan : "Ayah kerja dimana?" jawaban suami "Jauh di Bandung". "Oh jauh yah?"cape ya yah? demikian tiap hari sampe akhirnya suami yang juga lelah kala itu males menjawab. 

Saya bilang ayah jawab itu lagi ditanya sama Neyna, dan suami bilang "bosen ah nanya itu mulu". Saya bilang "ayah juga dulu sama kayak Neyna nanyain hal yang sama padahal udah dijawab ratusan kali". Dan saya pun menambahkan "Nanti kalau ayah sudah tua ayah sama kayak Neyna nanyain hal yang sama, ayah mau didiemin kayak gitu?". Suami hanya diam mengangguk. 

Saya ceritakan pula bahwa Bapaknya suami (mertua) sekarang sudah mengalami hal yang sama seperti anak saya. Pasalnya setiap pagi jika saya bertemu dengannya ia akan bertanya "Neng, ai Aa uih tabuh sabaraha?" (Neng kalau Aa pulang jam berapa?), "tabuh 7 wengi" (jam 7 malam). Besoknya bertanya seperti ini dan terus bertanya padahal sudah saya jawab. Bahkan beliau sampe datang ke rumah saya bertanya lagi ke ART saya kapan suami saya pulang kerja. 

Contoh real tersebut meyakinkan saya bahwa semuanya akan terjadi, saya akan bertambah tua dan mesti memantaskan diri selama saya berada dalam tahapan perkembangan semsetinya. Kadang menjadi tua memang menakutkan tapi itu sudah mutlak akan kita alami hingga akhirnya kita kembali kepada yang Memiliki kita. Lahir - Anak2 - Remaja - Dewasa - Tua begitulah siklusnya. 

Demikian cerita saya, semoga kita termasuk individu yang berkembang dan optimalkan masa usia kita dengan sesuatu yang bermanfaat. Menjadi tua bagi perempuan lebih ditakutkan karena fisik tapi bagi laki-laki menurut saya takut secara psikologis, pernah denger juga kan adanya Puber ke-2 nah berhati-hatilah wahai lelaki kalau ga mau nanti jadi "Tua-tua Keladi" mengaku Bujangan ternyata cucunya segudang *yeah mari nyanyi*.