POSTS SLIDER

I'm writing about...

Tentang Sebuah Pilihan

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan di dunia maya dengan berita seorang pria bunuh diri secara live, banyak yang menyayangkan bahkan banyak yang pula menertawakan.

Kemudian muncul kembali berita perselingkuhan atau pemberitaan lainnya yang sungguh bagi saya pribadi beristigfar. Semua orang memiliki permasalahan masing-masing dan menurut saya mereka sendiri yang memiliki cara sendiri untuk menyelesaikannya.

Tentunya beragam cara maupun solusi untuk dapat menyelesaikan permasalahannya tergantung pribadi kita untuk memilih mana solusi yang tepat.

Lantas apakah masih ada yang menyalahkan orang lain? atas semua pilihan yang sudah ditentukan?ah kemon gaes pola fikirmu terlalu sempit sesempit toilet pesawat, mengkotakkan segalanya hingga lupa cara cerdas untuk menghasilkan satu keputusan penting untuk hidupmu.

Dilema tentunya menghadapi setiap persoalan hidup dengan beragam solusi, salah-salah ambil keputusan bisa bikin menyesal. Itulah kenapa menurut saya siapapun harus selalu update mengasah kemampuannya terlebih seorang ibu. Salah memilih diaper saja bisa jadi masalah berkesinambungan apalagi salah mendidik anak.

Tentang Sebuah Pilihan, Kebahagiaan itu kita yang ciptakan sendiri, tentang memilih, bahagia atau sedih, galau karena pilihan

Tentang Pilihan Hidup

Semuanya adalah pilihan masing-masing, jika saat ini saya memilih "BAHAGIA"di tengah konflik artinya saya sukses menerima setiap konsekuensi yang saya pilih. Sama seperti saya memilih untuk menjadi "Teteh Bella" KW super *LOL*

Sebagai branding diri itu tentunya didasarkan atas satu keputusan matang, kenapa kok ga teteh Zaskia atau Teteh Shireen?yah suka-suka saya dong kok jadi ribut sih gegara pilihan orang? hahaha kira-kira begitulah ilustrasinya. 

Disetiap pilihan yang sudah kita tentukan akan selalu ada orang entah usil, julid atau apapun itu namanya yang bikin goyah pendirian. Memang sangatlah mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain saat keputusan dan pilihan yang sudah kita buat ternyata malah bikin susah sendiri dengan mudah berkata "Ini semua gara-gara DIA"... Jadi weh saya begini, saya begitu bla..bla..

Kita yang sudah milih sendiri orang lain yang disalahin? Situ sehat sist?. Kita yang milih jadi ibu bekerja namun saat anak sakit gegara makan sembarangan lalu salahin tukang cilok, tukang cendol, tukang cincau, ART dirumah? situ waras mba?

Kita yang milih jadi ibu rumah tangga namun saat liat sodara bisa beli sendal jepit Swallow lalu salahin sodara yang ga peduli, salahin suami yang gajinya pas, salahin ceu Edoh yang jualan sendalnya. Hellow situ Julid sist?

Pernah nemuin hal yang kek gitu dalam sehari-hari? keputusannya sudah dibuat oleh masing-masing namun saat sudah memilih dan terjadi resiko dibelakang lalu menyalahkan orang lain. Ah sempit kali cara berfikirnya hingga setiap orang kena imbas ke-Julid-annya.

Cara Menetapkan Pilihan Hidup 


Lalu bagaimana caranya agar kita ga kek yang ada dicerita diatas? begini caranya :

1. Punya Jangkar Pemikiran


Sewaktu saya mendapatkan training tentang Leadership membahas materi tentang Mindset, saya tertarik pada pembahasan Jangkar Pemikiran. Hal ini berguna agar kita tak selalu mengikuti arus pemikiran orang lain. Sesuai dengan namanya Jangkar artinya kita bisa menghentikan pemikiran kita untuk terombang ambing menuruti arus pemikiran orang lain.

So, menghadapi suatu pilihan dalam hidup bulatkan tekad sesuaikan dengan cara pemikiran kita bagi saya ini ampuh untuk tidak melakukan "Taichi Master alias lempar kesalahan kepada Orang lain" saat nantinya keputusan atas pilihan yang kita buat GAGAL.

2. Menerima Dengan Lapang Dada


Bukanlah hal mudah untuk bisa menerima dengan ikhlas setiap pilihan yang sudah kita ambil. Tapi setidaknya kita belajar mendewasakan diri untuk menerima resiko dari setiap pilihan yang kita jalankan. Sebagai ibu bekerja, saya harus terima ketika anak tiba-tiba sakit padahal sebelum saya pergi ngantor anak baik-baik saja.

Setelah ditelusuri ternyata ART memberikan jajanan yang sembarangan sehingga anak saya demam malamnya. Apakah saya lantas marah membabi buta (kesian udah babi buta lagi) kepada ART?tentu tidak. Itu sudah menjadi bagian dari konsekuensi yang saya buat. Pilihan beserta konsekuensi yang terjadi seharusnya tidak akan menjadi hal yang harus saya risaukan karena keduanya satu paket. Cukup dengan Ikhlas maka akan berjalan sesuai standarnya.


3. Develop & Update Diri Sendiri


Pernah mendengar ungkapan "Jangan Berhenti Belajar" ?menurut saya ungkapan ini memang relevan dengan kondisi saat ini. Semakin revolusi dimana-mana semakin dituntut kita cerdas untuk bisa menghadapi segala rintangan yang ada di hadapan kita.

Semakin tinggi sekolah harusnya diiringi dengan cara berfikir yang berbeda, lelah hayati menghadapi orang-orang dengan cara berfikir tak sesuai dengan pendidikan yang ia capai. Untuk itulah perlunya develop & update diri sendiri agar tidak tergerus dengan kekunoan pola fikir.

Saya lebih suka membaca kisah-kisah inspirasi, buku-buku motivasi, berbincang Sok Kenal dengan mereka yang sakses kenapa?karena lewat cara ini saya jadi tahu oh ternyata orang sakses selevel dia saja memilih untuk berani melakukan tindakannya lewat berbagai macam pertimbangan. 

Mencari role model yang pas akan memudahkan kita untuk membuat satu pilihan yang saya yakin tak akan ada kata sesal apalagi terus menyalahkan orang lain. 

**** 
Dari ketiga hal tersebut saya mencoba menganalisa sendiri "Apakah Kebahagiaan itu Pilihan?" i say "YES". 

Menurut Psikolog ternama, William James, setuju untuk fakta ini bahwa kebahagiaan kita terletak pada tangan kita sendiri. Dia mengatakan, “Penemuan terbesar dari generasi manapun adalah manusia hanya dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya.”

Ya, sikap kita yang menentukan kita. Kebanyakan dari kita berpikir bahwa hidup bahagia itu adalah hidup yang terbebas dari rasa khawatir, dimana semuanya serba sempurna, semuanya diselesaikan dan ditangani. 

Kehidupan itu seperti roda berputar, akan selalu ada semacam tanggung jawab, masalah, beban, komitmen, tenggat waktu, dll, yang akan mengelilingi kita, kita tidak bisa mengubah itu. Namun, kita dapat mengubah sikap dan persepsi kita terhadap kehidupan, yaitu bagaimana kita dapat memilih untuk menjadi bahagia dalam hidup.

Kembali ke kasus bunuh diri diawal atau issue perselingkuhan itu semua pilihan mereka masing-masing, mungkin itu pilihan mereka untuk bisa bahagia meskipun menurut saya itu SALAH. Nah gimana gaes?itulah sebuah pilihan kamu mau bahagia atau tidak itu tergantung dari diri kamu sendiri dan jangan menyalahkan orang lain atas pilihan yang sudah kamu pilih.

Tentang Sebuah Pilihan, Kebahagiaan itu kita yang ciptakan sendiri, tentang memilih, bahagia atau sedih, galau karena pilihan


Akhirul kalam, semoga bermanfaat yah 💋