I'm writing about...

Gimana Rasanya Mutasi?

Memasuki awal tahun, tak bisa dipungkiri tak hanya saya sebagai karyawan teladan yang sudah membuat rencana kerja sendiri namun organisasi alias perusahaan tentunya sudah menyiapkan rencana kerja serta pemetaan karyawan yang ada didalamnya.

Bagi sebagian orang tentu tidak akan merasakan apapun berkaitan dengan rencana yang dibuat oleh perusahaan namun berbeda dengan mereka yang sudah memiliki visi misi hidup. Semisal tahun ini mereka menargetkan promosi dan actualnya ga ada perubahan maka si karyawan ini bakalan cabut gigi

Kalau saya pribadi saat ini sudah terkungkung memiliki ambisi untuk career path yang lebih cerah secerah wajahnya abang Tian yang kemarin beredar di medsos emak-emak blogger :D. Namun berbeda dengan dunia blog ini justru saya punya visi misi pribadi untuk blog ini semoga tahun ini dan seterusnya saya semakin produktif dilirik sama agen minyak tanah yang mau ajakin join. Aamiin. 

Balik ke kerjaan, kali ini yang mau saya bahas adalah tentang MUTASI. Udah tahu kan istilah mutasi apa?mutasi bukan semacam kejahatan yang Sumanto lakuin tapi berkaitan dengan perpindahan karyawan bisa ke posisi rendah, tinggi atau divisi lain sukak-sukak atasan dan manajemenlah. Yang biasa kita denger dengan istilah Rotasi, Promosi dan Demosi.

Barangkali bagi sebagian orang mendengar mutasi seperti meminum air panas pas lagi di Gurun, ga minum haus banget, kalau minum tenggorokan sakit. Samalah macam begitu kebijakan-kebijakan yang tak terprediksi oleh diri kita akan selalu ada di dunia kerja. Makanya jangan heran ada karyawan yang udah ratusan purnama gabung tau-tau besoknya resign tanpa mengucapkan salam perpisahan. 

Menyikapi mutasi kerja, cara menghadapi mutasi, gimana rasanya mutasi


So gimana si rasanya kalau di mutasi?ini pengalaman pribadi saya sendiri jadi ga berani sampein kalau bukan pengalaman langsung. Mangga di simak yah :

Sebelum bekerja di kantor sekarang, saya pernah bekerja dahulu di salah satu perusahaan yang adalah pokoknya kalau suka mantengin blog saya pasti tau :D, saya pernah mengalami entahlah semacam perang dingin dengan rekan kerja lain. Apalah saya yang hanya serpihan Berlian ini, tiba-tiba pak boss bilang saya disuruh mutasi ga di wilayah Cimahi lagi. Op korseh saya ini adalah orang yang ga bisa langsung manut. Saya lakukan serangan balik yap lemparin opini tentunya dengan berbagai pertimbangan salah satunya "Keluarga". 

Dengan yakin saya "MENOLAK" untuk kali pertama perintah atasan. Dan apa yang lalu saya lakukan?dengan keyakinan penuh saya tulis tangan Surat Pengunduran Diri saya bercapkan materai tentu tanpa derai air mata. Saya kirim ke kantor pusat dilayangkan kepada atasan saya. Itulah namanya SIKAP.

Woh hebat bener loh Va langsung main resign?yes dengan catatan saya resign ga mendadak tapi 1 bulan saya urus semua tugas bahkan perpindahan kekuasaan dan lain-lain *macam proklamasi* saja hahaha. Dan ketika saya memutuskan buat resign saya ga takut kalau saya bakal jadi Pengangguran. Selang 1 hari saya mengirimkan sepucuk surat SPD, sang teman semasa kuliah tiba-tiba menghubungi dan menawarkan posisi ditempat saya bekerja hari ini.

1 hari saya tes esoknya saya dihubungi untuk segera gabung disini, well begitulah Alloh memberikan kemudahan bagi saya. Namun tentu saya tidak bisa menyetujui karena saya harus memenuhi janji saya untuk resign 1 bulan setelahnya. Maka dengan mantap jika memang disini rezeki saya, bapak bisa menunggu saya selama 1 bulan namun jika bukan rezeki saya bapak bisa cari yang lain. Apa yang terjadi?3 tahun saya sudah ada disini. Alhamdulilah.

Selanjutnya saya tetap menyelesaikan tugas saya dikantor lama, ternyata drama mutasi tidak selesai sampai disana. Atasannya pak boss minta saya jangan sampai resign pokonya saya harus tetap stay disana, maka Atasan pak boss meminta saya mutasi ke departement lain. Onde mandeh padahal saya udah mantep resign ditambah udah ada yang nungguin *eciee. 

Tapi saya tetap menghargai kebijakan Atasan pak boss, maka pada waktu itu saya diminta untuk menemui atasan di departement yang dipersiapkan Atasannya pak Boss sebut saja bapak X. Saya diinterview namun saya bilang "Saya ga punya passion di departement bapak, saya lebih baik resign" demikian sekilas info dari saya pak.

Bapak X pun tak bisa memaksa dan dia bilang saya pun pernah berada di posisi kamu, saya juga sama punya SIKAP untuk memutuskan resign meskipun cicilan menanti pembayarannya

Sepenggal kisah saya tersebut bisa diambil intisarinya bahwa ketika Perusahaan meminta kita mutasi seperti kisah saya tersebut maka fikirkan hal berikut :

1. Sesuaikah dengan Passion

Tidak ada pekerjaan yang dikerjakan semaksimal mungkin jika tidak disertai dengan passion dan kesukaan kita pada bidangnya. Bekerja dengan penuh cinta akan menumbuhkan keikhlasan bahkan menebarkan semangat positif bagi rekan kerja lainnya dan sebaliknya. Coba aja rasakan memiliki rekan kerja penuh keluhan yang ada kita juga makin negatif dan berujung tengkar, kerjaan ga selesai, hubungan merenggang. 

Kecuali memang kita sudah mentok kalau cari lagi keknya susah ya wis lah dimana aja gapapa asalkan uang masuk ke rekening tiap bulan. Ini berbeda cerita.

2. Lingkungan Kerja

Mempertimbangkan lingkungan kerja menjadi bagian yang saya fikirkan kala itu. Padahal belum dicoba yak tapi saya tetap ga bisa kamu kok maksa sih? *kamu jahat Rangga* lah :D Bagi saya pribadi rekan kerja dan kerjaan memberikan efek yang besar untuk semangat kembali ngantor.

3. Career Path

Kalau saya pindah ke departement lain bagaimana dengan karir saya nanti?atasannya aja beda lah sapa yang bakalan maintenance saya selama kerja?kalau atasan baru mesti adaptasi lagi dong sama cara fikir serta career pathnya. Akhirnya ini menjadi pertimbangan saya, saya ga mau bertelor 10 tahun diposisi yang sama. Coret dari list kerja, ealah belagu banget sih Va?no ini semua karena masa depan coy dan develop diri. 

4. Keluarga  

Kalau ini yang menjadi pertimbangan saya banget, DLK cuman seminggu masih bisa saya jalanin. Tapi mutasi ke kota lain ninggalin keluarga is BIG NO bagi saya ga tau deh kalau Mas Anang?karena saya penakut bobo cendili hahaha. Pas DLK nginep di hotel aja saya suka nyalain lampu, nyalain TV biar ramai kayak di pasar ga kebayang berhari-hari melewati malam cendili Akooh ga bisa tau ga sih?

Sampe abis nikah pernah saya buat status "Terimakasih klinik Tong Fang sekarang di kasur ga cuman guling doank" hahaha karena saking ga bisa sendiri. Lalu tetiba kalau saya jadi mutasi dan ngontrak sendiri maka dipastikan saya berobat lagi ke klinik TongFang *LOL.

****
Nah itu lah yang saya rasain pas disuruh mutasi, entahlah tapi bagi saya setiap kejadian akan selalu ada hikmahnya. Coba saya jadi mutasi ke pusat, karir oke tapi belum tentu saya bisa jadi penulis blog kemudian menang lomba Jalan-jalan gratis ke Malaysia, ga mungkin juga kenal sama emak-emak blogger yang penuh inspiratif, energik dan kreatif ruarrrr biasahh. 

Setiap keputusan pasti ada konsekuensi maka difikirkanlah baik-baik. Jika Mutasi tidak bisa membuat hepi kenapa ga untuk memilih mundur. Kebahagiaan itu akan merasuk hingga jiwa *apasih* kalau stress maka sebabin psikosomatis lalu masuk rumah sakit. Naudzubillah. Ingatlah rumus "Alloh Maha Kaya" jangan takut hilang rezeki karena sudah ada yang jamin.

Kalau teman-teman ada yang di mutasi?gimana rasanya?semoga dengan bijak ambil keputusan dengan matang bukan dengan emosi sesaat yang bikin nyesel yah. Ada yang mau sharing?yuk kita saling diskusi. Semoga kisah ini bermanfaat yah ^_^