POSTS SLIDER

I'm writing about...

Ketika Si "Resign" menjadi solusi

Siang ini saya akan cerita mengenai keputusan resign di dunia kerja. Dalam bekerja tentunya tidak akan semulus jalan tol Cipularang yang menghubungkan antara Cimahi dan Bekasi hehehe kita akan menemukan kerikil tajam yang membuat hati kita terusik, fikiran kusut, makan tak napsu, tidurpun gelisah.

Dunia kerja bagaikan satu ruang di mana kita akan mendapatkan tekanan, beban, kesulitan tapi tentunya juga ada kesenangan apalagi diakhir bulan bukan saja karyawan yang senang tetapi juga para OlShop yang berseliweran di IG akan gencar nulis comment "cek IG kita sist ga digembok kok hahaha.

Masalah yang timbul dalam bekerja biasanya seputar rekan kerja, Boss dan yang utamanya adalah kerjaan itu sendiri


Jika masalah dengan rekan kerja, biasanya masalah yang terjadi disebabkan karena ada beberapa tipe rekan kerja yang bakalan kita temui.

Jenis rekan kerja itu biasanya ada rekan kerja yang Bossy, rekan kerja yang Lemot, rekan kerja yang malas, rekan kerja yang pelupa, rekan kerja yang mengandalkan sampe rekan kerja yang terlalu kepo.


Alasan resign, benarkah resign menjadi solusi? haruskah resign?

Ga tahan dengan tipe rekan kerja tersebut ujung-ujungnya mengundurkan diri, pamitan oke bye kelar kerjaan loh cuman gara-gara itu? mmm...sayang banget udah dapat gaji gede, kerjaannya sesuai minat eh dapat rekan kerja yang odong-odong mesti berakhir dengan perpisahan? (kasihanilah kami HRD yang mesti cari penggantinya lagi sakitnya tuh dimata *nangis kejer hahaha lebay dikitlah).

Ada baiknya sebelum resign menjadi solusi, kita komunikasikan terlebih dahulu dengan atasan atau orang terdekat dikantor barangkali mereka punya saran yang lebih jitu bukan? apa salahnya kita coba dulu.

Kenapa tidak langsung aza komunikasi dengan si rekan kerja yang ngeselinnya? itu langkah terakhir mungkin yah karena biasanya rekan kerja yang begitu ga merasa kalau misalnya dirinya itu menyiksa rekan kerja yang lain hehehe.

Demi menjaga hubungan yang telah terbina biasanya kita masih bersikap manis meski hati dongkol. Dan selalu ingat yah, semua individu di dunia ini UNIK jadi kita mesti memahami bahwa tidak semua orang itu memahami dan mengerti kita.

Nah jadi resign ga nih? kalau ternyata masih bisa diselesaikan dengan aman dan nyaman? ga perlu kan yah? banyak berdoa aza mudah-mudahan si rekan kerja penyiksa lahir dan batin kita itu di mutasiin jauh-jauh hahaha jika masih stay segera dibawa ke tempat ruqiyah sapa tahu ada yang nempel makanya tuh orang jadi rekan kerja nyebelin hehehe..


Nah kalau yang jadi masalahnya adalah atasan gimana dunk? sapa yang mesti diajak kompromi? nah kalau hal ini terjadi maka "Kelar Idup Lo" hahaha.

Yang bisa dilakuin hanya Ikhlas terima dengan lapang dada dapat atasan zonk, Bersyukur masih punya kerjaan, Banyakin minum teh botol s*sro "apapun makanannya" antisipasi makan hati tiap hari hehehe dan terakhir banyakin berdoa moga atasannya di mutasi ke bagian lain hahaha. Karena mau ga mau sepanjang hidupmu berkarir akan bersama dia.

Akhir dari topik ini adalah jika masih bisa diselesaikan dengan berbagai alternatif solusi A-Y mengapa masih memilih solusi Z yakni Resign?.

Ingat-ingatlah kebaikan jangan terus ingat keburukannya, kalau mainannya hati y jadinya baper pulang kerumah bibir jatoh tak ada senyuman.

Selalu ingat bermain peran jadi dimanapun kita bisa memposisikan diri mau menghadapi ini itu semua kita hadapi dengan senyuman. Belum tentu juga ditempat baru kita bisa dapetin rekan kerja dan atasan yang sebelumnya jangan-jangan nanti kita malah kangen berat pengen balik. hehehe.

Kalau dikit-dikit resign nanti kita dikenal kutu loncat (istilah kami recruiter bagi yang suka pindah-pindah kerja) dan belum tentu nanti mudah dapetin kerja lagi jadi jangan terburu-buru yah. Biasanya sih bunda males rekomendasiin orang yang suka pindah-pindah karena kemungkinan akan melakukan hal yang sama lagi jika ada yang ga sesuai dengan harapannya.

Mau jadi kutu loncat atau jadi karyawan loyal?  semoga bisa bertahan hingga pensiun y jika nanti kerja.