POSTS SLIDER

I'm writing about...

Maafkan Aku Bukan PNS..

Kamu kerja dimana sekarang? loh kok ga jadi PNS? kan enak toh?
Memasuki dunia kerja yang mungkin bagi saya terbilang masih baru, baru 10 tahun menghirup aroma menjadi karyawan setelah 16 tahun mengenyam pendidikan.*ya ampun lama juga*. Jika ditanya apakah pekerjaan saya? saya dengan bangga menyebutkan saya seorang HRD.

Lalu pertanyaan selanjutnya yang tentu menyambung dari pertanyaan sebelumnya adalah "Kerja dimana emang?"

Saat menjawab kerja di perusahaan yang mungkin tidak familiar didengar dan diucapkan maka tak terhenti sampai disitu, pertanyaannya akan bergulir kepada "Kok kenapa ga jadi PNS saja? kan enak bla..bla.."

Pernahkah menerima pertanyaannya seperti itu? kalau saya sering banget bahkan bapak saya sendiri terus bertanya tiada henti "udah liat pengumuman CPNS belum? ayo ikutan".

Lalu dikepala saya akhirnya yang saya ingat PNS, PNS, PNS, PNS, PNS karena bapak juga kalau telepon seolah tiada pirtinyiin lain selain PNS.


Saya sendiri jujur tak menampik menginginkan status Pegawai Negeri Sipil menggunakan seragam, jam kerja tak selama di tempat swasta bahkan berbagai kompensasi yang menjanjikan bikin angan-angan mendadak setinggi langit. *bener ga yah? RUMPUT TETANGGA MEMANG SELALU LEBIH HIJAU :p

Sejak lulus kuliah saya sudah teramat RAJIN mengikuti tes CPNS, dari yang kirim lamaran via POS hingga lamaran online, dari tes ngurek-ngurek lembar jawaban sampe akhirnya merasakan tes CAT semuanya sudah saya ikuti. Hasilnya? alhamdulilah "Gagal Maning-Gagal Maning".

Baca ini lagi deh : selalu gagal tes kerja? yuk move on

Wow apa ga sakit hati tuh gagal terus? udah biasa hahaha. Tak banyak pula yang menawarkan masuk PNS berbayar saking terharu dengan kegagalan saya *kesian*. Padahal saya sendiri paling anti buat bayar-bayar gitu.


Maaf Aku Bukan PNS, curahan hati karyawan swasta, Maaf Aku Bukan PNS, curahan hati karyawan swasta, cpns, gagal PNS




Status PNS Bikin Bangga Keluarga


10 tahun bekerja di perusahaan swasta bahkan kini menjadi blogger yang mata duitan namun tetap status pekerjaan saya dimata bapak hanyalah BURUH PABRIK yang biasa banget.

Jujur saja saya sedih, bertahun-tahun saya mengenyam bangku pendidikan *rayap kali ah* mengukir prestasi dari juara 1 hingga wisudawan terbaik se-angkatan tetap tydack berarti buat bapak karena pekerjaan saya seperti ini.

Penghasilan saya memang PAS, pas bisa gaji ART, pas bayar sekolah, pas buat tabungan, pas buat cicilan, pas buat zakat, pas banget buat kasih sedikit ke ortu. Namun kembali lagi saya mensyukuri dengan pencapaian saya saat ini.

Saya merasa terbenam hanya dengan status pekerjaan yang tidak sesuai harapan bapak. Padahal kalau saya melihat dari kacamata pribadi saya, saya tidak merepotkan orang tua ditengah-tengah dahaganya dan kebimbangan rumah tangga saya yang perekonomiannya carut marut.

Yang saya ketahui masih ada anak yang sudah rumah tangga merongrong (bukan temennya Bona yah!) orangtuanya. Meminta belas kasih orangtuanya agar dibantu dalam perekonomian keluarganya.

Saya tydack begitu, bahkan akang suami juga mengajarkan saya untuk mandiri (ga tau deh dia bangga ga yah punya istri cem saya wkwkwk >> saya haus banget pengakuan :p

Disaat anak-anak lain masih minta-minta sama ortunya, Saya tidak pernah mengiba untuk hubungi orangtua dan melakukan drama dengan menangisi kesedihan perekonomian rumah tangga saya.

Bapak sama sekali tidak tahu kesedihan saya kecuali dia baca tulisan ini. Semakin menuntut status PNS semakin membuat saya enggan terima telepon bahkan sekedar basa basi bertanya kabar pun tak pernah saya balas lagi kecuali saya mengabarkan saya telah mentransfer sejumlah uang yang baginya mungkin kecil.

Saya kecewa saat tahu apapun semua yang bapak lakukan ternyata dengan lantang beliau bilang ke kakak saya "sudah tidak perlu bicara sama ademu tidak ada gunanya". Iya karena saya tidak punya penghasilan wah.

FYI, kakak saya adalah PNS di Bekasi. Betapa bangganya bapak mengumandangkan ke semua orang tentang pekerjaan kakak saya.

Saya menangis dalam diam meski bapak sudah meminta maaf karena itu, hal ini membuat saya semakin dan semakin menaruh jarak terlebih bapak memilih juga untuk menikah kembali dibandingkan dengan mendengarkan nasehat saya si bungsu yang terabaikan.

Saya masih ingat pulak, saat mengangkat teleponnya satu hari. Beliau membicarakan sodara saya yang bekerja di BUMN dan itu membanggakan secara tidak langsung isi pembicaraan telepon siang itu dia meremehkan saya.



Maafkan Aku Bukan PNS


Karena ambisi bapak yang seolah mewajibkan saya jadi PNS, membuat saya juga seolah mendikte Alloh menuntutNya dalam setiap doa. Saya ingin jadi PNS, iyah segitunya saya karena ingin membuktikan saya mampu membanggakan bapak.

Dalam doa yang saya lafalkan permohonan menjadi PNS adalah permohonan wajib yang tidak boleh saya lupakan.

Kenyataannya? saya gagal terus, dan kini hanya tersisa 3 tahun lagi untuk mewujudkan status PNS sesuai dengan ketentuan bahwa CPNS dibuka dengan batas minimal 35 tahun.

Saya tidak tahu apakah 3 tahun kedepan saya berhasil atau tidak karena tahun 2018 saja saya sudah menyerah dan merasa sia-sia menghabiskan berbelas-belas tahun mengejar untuk jadi PNS.

Saya lalu memikirkan kembali, jika saya jadi PNS so what? emangnya akan merubah juga pandangan bapak kalau ternyata penghasilan saya masih PAS juga,

Atau setidaknya ada kebanggan terselip dan ia bisa umumkan pake toa mesjid jika saya adalah anaknya berstatus PNS.

Maafkan saya yang pada akhirnya saya memilih jalan lain. Saya suka dengan dunia pekerjaan saya. menjadi HRD dan kini sudah 4 tahun menjadi blogger.


Baca lagi : Pilih Jadi HRD atau Blogger?


Jadilah Dirimu Sendiri

Be Your Self And Be Better Everyday_Josef Bataona

Saya menuliskan ini bukan untuk membuka urusan keluarga tapi ini sebagai reminder saya yang kini sudah menjadi orangtua. Bahkan jadikan pengalaman saya ini untuk pembelajaran buat temans sekalian.

Kenyataanya menjadi diri sendiri bagi saya adalah cara terbaik bagi saya untuk membuat saya HAPPY.

Saya enjoy acapkali mendengarkan rutinitas karyawan di pabrik, saya suka disela-sela pekerjaan menulis blog atau blogwalking.

Saya hepi waktu ada karyawan mengucapkan terimakasih sudah memilihnya bergabung di kantor bahkan saya gembira saat ada pembaca tulisan blog ini email terimakasih tulisannya bermanfaat untuk saya bisa berubah.

Mempunyai blog ini, saya merasakan menjadi orang yang setidaknya masih ada GUNAnya buat orang lain meski disisi lain ternyata ada yang menganggap saya tidak berguna. so sad nyak..

Saya yakin diluar sana barangkali ada yang seperti saya, tertekan dengan ambisi orangtuanya, tersudut merasa rendah diri karena tuntutan orangtuanya. Sudahi itu semua temans.

Saya sudah berdamai dengan diri sendiri untuk tetap menjalankan semuanya mengalir. Saya sudah melepaskan puzzle PNS dalam diri saya.


Don't care dengan judgement orang atau cibiran idih IPK tinggi cuman kerja gitu doang *bodo amat* bahkan kini saya merasa bangga karena apa yang saya sukai, apa yang saya inginkan berjalan sesuai dengan seharusnya yang saya mampu.

Percayalah temans, mau sampe Lucinta Luna sumpah pocong ga ngaku transgender lebih baik fokus sama diri sendiri. Asah kemampuan yang tersembunyi, jika suka menulis ya menulislah mau buku, blog atau apapun, jika suka memasak ya bikin cateringlah, jika suka make up bikin usaha make up.

2 (dua) kali saya ikut Kelas Inspirasi Bandung meyakinkan saya bahwa saya bisa menjadi diri sendiri bahkan dengan bangga saya kenalkan profesi HRD ke anak-anak SD.

Saya bukan PNS tapi saya bahagia!


Well temans pada dasarnya saya mau mengingatkan kembali bahwa setiap anak punya potensi dan TAKDIR masing-masing yang sudah jadi ketetapanNya jangan menjadi orangtua menyebalkan yang selalu menuntut anak!

Jangan terus bersikap tidak adil kalau anaknya ada yang begitu dan begini. Mengapresiasi sedikit saja apa yang sudah anak lakukan tentunya bikin hepi bukan?

Saran saya jangan pernah mengecilkan hati anak, karena ketika posisi saya menjadi anak. Sungguh tidak menyenangkan sekali saat orangtua sendiri meremehkan.

Baca Lagi : Anakku Bukanlah Aku, Aku Bukanlah Anakku



***


Komentar

  1. Met weekend mbak. Ud lama adik nggak main kesini. N adik ketemu bacaan ini tak sengaja karena scrol scrol di fb. Cerita hidup ini sama seperti yg adik rasakan. Cuma sekarang posisi adek , guru tidak tetap di sebuah sekolah. Di pulau laskar pelangi. Dulu ortu juga beranggapan seperti itu. Kalau belum pns. Belum lah kerja. Alhamdulillah saat ini yg sudah berstatus pns. Istriku. Alhamdulillah. Sembari jadi guru. Adik juga masih sebagai blogger. Walau belum se pro na mbak. Ini juga nangis setelah membaca cerita mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Mas Fajar..alhamdulilah semoga berkah terus..

      Hapus
  2. Lho mba,aku udah PNS malah resign di tahun ke-15 bekerja, sampe banyak yang komen, "bu, yakin mau resign, pns peneliti bukan pns biasa lho"
    😆😆😆😆
    Alhamdulillah tetep bahagia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa resign mbak? Maaf, saya kepo🙏🤭

      Hapus
    2. ya Allah udah 15 tahun ya mba. pastinya pilihan terbaik

      Hapus
    3. Alasannya mungkin buat sebagian orang agak klise, karena saya ngerasa anak2 butuh waktu lebih banyak sama ibunya. 😁. Detailnya gimana-gimana kayaknya agak terlalu panjang buat ditulis.
      Kegalauan sebelum resign udah kurleb setahun atau dua tahun sebelum surat pengunduran diri saya ajukan. Jadi rasanya memang sudah jd keputusan final. Alhamdulillah, selalu ada Allah mba, tinggal mengadu. 😊. Saya tau banyak orang geregetan karena saya gantung ijazah master degree saya dari salah satu universitas 5 terbaik di Australia, tapi balik lagi, insyaAllah ilmunya tetap bermanfaat. Aamiin..

      Hapus
  3. Saya saat ini PNS, saya bersyukur jadi PNS, tapi tidak bangga juga mbak. Tapi bersyukur karena busa makan dari pekerjaan ini.

    Per desember ini saya akan meninggalkan pns setelah 8 tahun, lalu beralih ke perusahaan swasta. Saya sudah interview dan ttd kontrak yg mulai kerja 3 jan mendatang.

    Banyak menyayangkan... tpi ini memang keputusan saya. Pns bukan segalanya, saya masih heran smaa orang2 yang menganggap bahwa pns adalah raja dari kerjaan, padahal itu ga seberapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulilah makasih sharingnya Kak..iya paradigma itu masih terus melekat seolah yg bukan PNS hnylah butiran debu hahaha

      Hapus
  4. Saya saat ini PNS, saya bersyukur jadi PNS, tapi tidak bangga juga mbak. Tapi bersyukur karena busa makan dari pekerjaan ini.

    Per desember ini saya akan meninggalkan pns setelah 8 tahun, lalu beralih ke perusahaan swasta. Saya sudah interview dan ttd kontrak yg mulai kerja 3 jan mendatang.

    Banyak menyayangkan... tpi ini memang keputusan saya. Pns bukan segalanya, saya masih heran smaa orang2 yang menganggap bahwa pns adalah raja dari kerjaan, padahal itu ga seberapa

    BalasHapus
  5. Emang masih banyak ortu yang memandang PNS sebagai kerjaan membanggakan. sehingga maksain anaknya jadi PNS demi sebuah kebanggaan. Ortu ku juga gitu. N bener, kita hanya harus memastikan kita udah berbakti ke ortu semampu kita sesuai Islam. Kalau satu hal yang tak diwajibkan Allah bagi kita, seperti jadi PNS, ya nggak papa toh. Salam kenal mbak. Happy selalu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mba begitulah hehhee..makasih sudah mampir ya mba

      Hapus
  6. Kebalikan sama aku mbak, ibuku pensiunan PNS, beliau ga mau anak2 nya ada yg jadi PNS. Zaman habis lulus dlu pasti ikutan tes cpns kan ya. Termasuk aku, ikut 4x apa ya, ya gagal terus. Meski ibuku ga ngelarang, tp dalam hatinya ga ridho😢akhirnya ya aku kerja di perusahaan swasta. Apotek dan RS swasta. Eh habis nikah giliran suami yg ga Ridho istrinya kerja di luar rumah. Wkkkka akhirnya ya ngeblog aja. Tp aku msh pny impian kerja di rs lagi, atau buka apotek biar bs ketemu pasien. Doakan ya mbak. InsyaAllah suamiku bisa luluh, bisa meridhoi. Aamiin. Semoga Allah juga memberikan yang terbaik untuk mbak

    BalasHapus
  7. Keren mbak, cerita mbak persis kayak cerita kehidupan sy saat ini, org tua maunya aku jdi seorang pns tpi aku maunnya kerja di perusahan bumn, prna sekali saya sama teman sy diterima bekerja di perusahan besar yg ada di bandung, saya sma kwn sy org sumatera utara krna ortu saya tidak mengijinin sy bekerja di perusahan itu jdi kwn sy aja yg berangkat ke bandung ini cerita saya thn 2017 alhamdulillahnya kwn sy skrng udh sukses udh bisa beli rmh dan mobil dan saya cuma bisa jdi pegawai honorer disini dengan gaji umr 1.5jt, sampai skrng itu adalah penyesalan seumur hidup saya kenapa sy belum bisa bisa merahi kesuksesan sampai skrng 😣😣😣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun tetap semangat...lanjutkan yang sudah ada kak semoga berbahagia selalu aamiin

      Hapus
  8. Suami saya PNS Mba. Ayah ibu dan mertua saya juga semua PNS, meski mereka nggak mengharuskan anaknya harus kerja apa sih ya.
    Ternyata dari minat bakat, pendidikan, dan pekerjaan suami memang sesuai dengan dirinya.
    Saya cuma tanya apakah suami enjoy kerja di tempatnya dan minta suami pastikan penghasilan yang didapat & diberikan ke kami memang yang sesuai ketentuan dan nggak tergoda untuk neko2.
    Jadi kalau buat keluarga kami ya mmg qodarulloh suami dikasi kerjanya di sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulilah mba semoga terus diberkahi aamiin

      Hapus
  9. Orangtua saya juga mungkin pengennya anaknya PNS karena bapa saya PNS tp alhamdulillah mereka ga maksa

    BalasHapus

Posting Komentar

Selesai baca yuk tinggalin jejak komennya ^^
Haturnuhun