POSTS SLIDER

I'm writing about...

Berusaha Mencintai Pekerjaan

Apakabar temans semua? semoga berkah dan kesehatan senantiasa teriringi dalam setiap langkah kita. aamiin. Kali ini saya mau membahas tentang mencintai pekerjaan. Pekerjaan identik dengan profesi, namun pernahkah kita memikirkan tentang profesi yang tampak sepele ternyata memberikan andil juga?

Menjadi yang tidak terlihat, profesi yang tidak diminati banyak orang namun ternyata memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk organisasi yang menaunginya atau memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Kira-kira profesi apa saja?

Kebanyakan dari kita bahkan ketika saya mengikuti "Kelas Inpirasi Bandung" untuk menjadi inspirator, jika saya tanyakan anak-anak apa cita-cita mereka. Banyak dari mereka yang hanya tahu segelintir profesi saja. Macam Guru, Dokter, Pilot cita-cita yang memang dulu pun jika saya ditanya saat kecil dengan mantap jawaban saya "Dokter".

Bersyukur adanya kegiatan seperti kelas inpirasi memberikan kesempatan ga hanya untuk saya tetapi rekan-rekan lain yang memiliki profesi unik untuk bisa dikenalkan kepada mereka generasi penerus. Sebut saja HRD, anak-anak masih ber-ooooo, melongo bahkan tidak tahu singkatan dari HRD. Apalagi kalau disebutkan ranah saya di People Development.

Makin maboklah istilahnya yang bikin anak-anak juga bingung. Sangat disayangkan karena sebenarnya di dunia ini banyak profesi yang mungkin tidak diketahui orang banyak namun jika tidak ada profesi ini bisa jadi dunia dalam berita tak tayang setiap jam 21.00 wib *yang se-angkatan pasti tahu


Mampir lagi dongPengalaman Menjadi Inspirator KIB 4

Berbicara tentang profesi yang tidak umum, saya jadi teringat kisah dalam novel yang telah saya rampungkan "Sirkus Pohon" karya Andrea Hirata. Gaya penulisan yang khas dengan setting Belitung tentu saja tidak bisa terlepas dari gaya khasnya Bang Andrea bahkan dengan bahasa Melayu kental yang pada akhirnya membuat saya latah dengan "Boi" ataupun "Ojeh".


Karyanya bang Andrea bagi saya selalu sukses mengaduk-aduk emosi *halah* dari ketawa, sedih lalu ketawa lagi, sedih lagi begitu seterusnya sampe Anggun pindah jadi duta sampo lain 😃. Menyoroti kehidupan menengah ke bawah selalu menjadi hidangan dalam setiap karyanya bang Andrea. Ini selalu menjadi poin plus yang mampu menyusup ke hati saya *duh.

Dan Sirkus Pohon-pun sama lebih banyak menceritakan kisah kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah. Menceritakan beberapa kisah namun yang saya soroti kali ini khusus tentang Sobri. Bujang yang sulit menjajakan diri dan kemampuannya dengan bermodalkan ijazah SMP. Hidupnya malang selalu tertipu atas nama persahabatan. Sobri yang lugu selalu kena getah atas perilaku sahabatnya Taripol.

Dalam keluarga hanya Sobri yang tak mapan. Mindset masyarakat disana, bekerja kantoran, membawa tas, pulpen dan kemeja dimasukkan menjadi hal yang luar biasa. Ulah Sobri yang selalu terkhianati Taripol membuat masyarakat sekitar menutup semua lowongan kerja untuk Sobri.

Hingga akhirnya Sobri bertemu Dinda, seorang gadis penyuka Delima yang mampu membuat Sobri gigih untuk mencari pekerjaan tetap tak serabutan seperti yang ia lakoni. Pasalnya Dinda setuju jika Sobri dapat pekerjaan tetap, mereka akan menikah.

Tibalah hari itu Sobri pergi ke desa lain bertemu ibu boss untuk wawancara, betapa senangnya Sobri ketika interview hari itu juga Sobri mendapatkan pekerjaan. Tak jauh dari judul bukunya Sirkus Pohon maka Sobri mendapatkan pekerjaan sebagai BADUT.


Bagaimana selanjutnya? Sobri sangat antusias latihan demi pentas sebagai Badut untuk panggung sirkus keliling. Ia sangat bangga dengan pekerjaannya, ia tekuni dan menghayati. Badut baginya tak sekedar pekerjaan akan tetapi ketika keluarganya diminta untuk menontonnya keponakannya, adiknya, iparnya bahkan ayahnya pun menjadi bangga.

Motto Sobri : Bangun Pagi, Let's GO! menjadi satu keyakinan untuknya bisa menjadi orang sukses, taklagi di pandang sebelah mata oleh orang-orang sekitarnya. Begitulah Sobri begitu Mencintai Pekerjaannya sebagai badut. 


Segelintir kisah itu membuat saya merenung, oh my God "Sudahkah Aku Mencintai Pekerjaanku Dan Bersyukur?" jawabannya mungkin ada dalam hati saya sendiri. 

Bagaimana dengan temans? rasanya memang melihat orang lain berjuang, ingin diapresiasi, termotivasikan oleh cinta membuat kita menjadi bersemangat bukan?bahkan apakah kita sendiri akan selalu bangga dengan profesi yang mungkin sepele dimata orang lain bahkan bisa jadi bully-an tapi kita tetap komitmen untuk berusaha dan bekerja. Sobri adalah kisah yang menurut saya patut diacungi jempol kawans!

Kemiskinan memang melabel pada keluarganya namun justru saya belajar dari kisah Sobri bahkan ayahnya yang menolak rumahnya ditempel stiker Rumah Tangga Miskin-Binaaan Desa. Dengan santun ayahnya menolak. Dan hati saya terenyuh dengan pesan sang ayah :

"Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya, kaki seperti kaki adanya, untuk memudahkan manusia bekerja" (hal.37)
Makjleb yah pesen yang disampaikan, so masihkah kita malas untuk bekerja sementara masih ada orang lain yang lebih susah dan pekerjaannya selalu dipandang sebeleh mata.

Saya sering pula mengamati cleaning service ketika di kantor, swalayan atau di bandara. Mereka terus mengepel, terinjak pengunjung di pel kembali atau menyapu tapi mereka terlihat enjoy masih bisa ketawa. Ngepel di rumah keinjek anak aja suara kita melengking beberapa oktaf apalagi yang seperti di swalayan tak henti terinjak terus.

Apapun pekerjaannya memang harus kita syukuri temans sehingga rasa cinta itu hadir dan menghindari kita dari ngeluh along day 😂.

Meskipun pekerjaan atau profesi kita mungkin sepele hadirkanlah cinta untuk pekerjaannya sehingga seperti yang Sobri hadirkan ia penuh semangat latihan setiap harinya untuk menampilkan perfoma Badut dengan tujuan mampu membuat orang lain berbahagia.

Berbicara membahagiakan orang lain, saya pun teringat dengan salah satu Office Boy di kantor. Begini ceritanya *kayak pembukaan film setan zaman hebeul* Sebut saja Cecep laki-laki yang saya kenal murah senyum dan terlihat menyenangi pekerjaannya sebagai OB. Pagi itu di parkiran saya bertemu dengannya, seperti biasa bertegur sapa lalu tiba-tiba ia bercerita.

Cecep : Bu, waktu itu saya yang WA ibu malam-malam
Saya : Oalah maaf yah nda dibales soalnya HP saya baru ((pamer)) jadi ga kesave nomernya *alesan umum*
Cecep : Gapapa bu, begini bu saya pengen cari kerja lain
Saya : loh kenapa? cape ya kerja begini?
Cecep : Tentu tidak *nada iklan* hanya saja saya sedang mencari penghasilan tambahan karena saya mau melunasi ongkos haji ibu saya bu masih kurang soalnya. Saat ini gaji saya kan memang harus bagi-bagi saya menjadi tulang punggung keluarga sementara sodara-sodara lain kerjaannya tak tentu serabutan. Saya ingin bahagiakan ibu selepas bapak meninggal.
Saya : *speechless*

Temans bahkan dengan pekerjaan yang mungkin tak semua orang mendambakan Cecep pun menjadi salah satu seorang Sobri dalam kisah real yang saya tahu.

Demi membahagiakan ibu, bahkan saya tahu rumahnya itu jauh banget dan harus ditempuh beberapa jam.  Tapi dia dengan senang hati datang ke kantor, bekerja dengan tulus dan ikhlas disertai dengan senyum bahkan masih bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menaikan haji ibunya.

Kisah-kisah sekitar kita bisa jadi luput akan perhatian namun nyatanya ketika kita mau membuka diri bahkan ada kisah yang menjadi inspirasi untuk kita semua. Kisah Cecep pun bisa dijadikan contoh bahwa ia bisa bersikukuh membahagiakan ibunya dengan caranya.

Oke temans, demikian yang bisa saya bagi saat ini. Yang penasaran dengan Sirkus Pohon mangga dibaca. Tak hanya Sobri kisahnya akan tetapi juga kisah lainnya yang sesuai dengan fenomena zaman now banget. Semua konflik yang ada dalam cerita dikemas menarik sesuai khasnya Bang Andrea. Penasarankan?




Judul buku   : Sirkus Pohon
Penulis          : Andrea Hirata
Penerbit        : Bentang Pustaka
ISBN             : 978-602-291-409-9
Cetakan pertama, Agustus 2017
410 Halaman